Persaingan antar perguruan tinggi di Indonesia semakin ketat. Hal ini menuntut perguruan tinggi negeri maupun swasta harus meningkatkan mutu pendidikannya, salah satunya dengan mencapai predikat world class university. Dalam rangka mempersiapkan hal tersebut, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar sebuah diskusi yang bertemakan “Strategi Pengembangan Perguruan Tinggi di Era Globalisasi”, Jumat (26/01/2018).
Bertempat di ruang seminar Gedung Induk Siti Walidah UMS dilaksanakan diskusi yang dihadiri oleh para pimpinan struktural, mulai dari rektor, wakil rektor, hingga ke pimpinan program studi (prodi) dan beberapa staf kependidikan. Selain itu, diskusi ini mengundang Direktur jenderal Ditjen Kelembagaan Kemenristekdikti, Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M.Eng.Sc sebagai narasumber yang sangat berkompeten dalam membahas tema tersebut.
Diskusi ini diawali dengan pelaporan oleh Rektor UMS, Dr. Sofyan Anif, M.Si kepada Dr. Ir. Pardono mengenai perkembangan UMS sekarang. Laporan perkembangan yang disampaikan Dr. Sofyan Anif mencakup sumber daya manusia, prestasi yang telah diraih UMS seperti akreditasi dan ranking internasional, akreditasi yang telah diraih perpustakaan, lembaga penelitian yang telah masuk ke dalam kluster mandiri, hingga mahasiswa asing yang berada di UMS.
Selain itu dia juga menyampaikan bahwa UMS memiliki visi pada tahun 2029 menargetkan dapat mencapai world class university. “Visi kita pada tahun 2029 adalah mencapai world class university. Sekarang kita telah memperoleh trust dan recognize, dan selanjutnya kita akan menuju ke world class,” ucapnya.
Dr. Ir. Patdono dalam diskusi tersebut memberikan gambaran kepada audiens mengenai bagaimana penampilan sebuah perusahaan yang world class. Selain itu, dia juga membeberkan beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang akan ditargetkan masuk ke world class university. Dia juga secara tegas memberikan rekomendasi kepada rektor UMS agar mengirimkan surat ke Kemenristekdikti agar segera diberikan pembinaan untuk mencapai world class university.
World Class University ini sangat penting untuk diraih karena kedepan persaingan antar perguruan tinggi tidak hanya antara perguruan tinggi negeri dan swasta saja. Namun persaingan tersebut akan melibatkan perguruan tinggi asing pula. Hal ini disebabkan karena pengaruh globalisasi dan internasionalisasi perguruan tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut, Dr. Ir. Patdono kemudian menjelaskan konsep mengenai discruptive innovation yang diterapkan di perguruan tinggi. Dia menjelaskan bahwa konsep discruptive innovation dalam pendidikan dibagi menjadi 3, yaitu high end, low end, dan mainstream.
“High end customer adalah ketika mahasiswa memiliki permintaan sangat tinggi terhadap perguruan tinggi. Low end customer ketika permintaan tersebut masih rendah. Diantara high dan low ada mainstream, yaitu apa saja bisa terjadi. Namun yang kemudian memenangkan persaingan adalah yang paling banyak memenuhi high end,” jelasnya.
Dia juga menambahkan bahwa untuk memenangkan persaingan maka perguruan tinggi harus dapat menyesuaikan hal tersebut. “Industri yang ingin memenangkan persaingan harus menyesuaikan. Kemudian yang sudah high harus memiliki inovasi dan pelayanan yang lebih baik,” tambahnya. (Khairul – Editor.Ahmad)
Sumber : ums.ac.id