Interdisciplinary Sharing “Pendidikan, Keagamaan dan Kebangsaan”

Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Muhammadiyah Surakarta kembali menyelenggarakan Interdisciplinary Sharing/Kuliah Umum, dengan mengusung tema “ Pendidikan, Keagamaan, dan Kebangsaan” guna memperkuat nilai-nilai pendidikan, keagamaan dan kebangsaan yang dibangun melalui persyarikatan Muhammadiyah. Hadir dalam acara tersebut Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Bambang Sumardjoko beserta jajarannya, serta civitas akademika SPs UMS. Acara berlangsung di Gedung Seminar Lt. 5 Sekolah Pascasarjana UMS.

Materi kali ini disampaikan oleh Prof. Dr. Bambang Setiaji, Rektor Universitas Muhammdiyah Kalimantan Timur. Dalam materinya Prof. Dr. Bambang Setiaji menjelaskan bahwa Revolusi Nadiem dengan apa yang disebut merdeka belajar di mana sekolah, guru, dan siswa diberi kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan terbaik. Hal tersebut bisa dimaknai misalnya adanya  banyak pilihan materi dan kurikulum  sesuai dengan potensi sekolah terutama keunggulan guru yang dimiliki, dan potensi daerah, selaras dengan perlunya diversifikasi keahlian dan kewirausahaan yang sangat diperlukan. Dengan kemerdekaan tersebutsekolah sekolah di Kalimantan mungkin perlu mata pelajaran energi tentang minyak bumi dan batubara, perkebunan, kehutanan, dan lingkungan, demikian juga sekolah sekolah di daerah lain.

Lebih lanjut Prof. Dr. Bambang Setiaji mengatakan, Indonesia ke depan berpotensi menjadi rujukan alternatif modernisasi,  dimotori oleh sistem pendidikan yang memadukan keimanan, ketakwaan, kebangsaan, ilmu pengetahuan teknologi yang merupakan alternatif masa depan dari eksperimen modernisasiyang ada. Banyak  fenomena keagamaan yang teramati dari misalnyapeningkatan jamaah umrah dan hajji. Fenomena lain teramati dari  peningkatan penggunaan jilbab yang produksinya meningkat 18 persen setahun jauh dari angka rata-rata peningkatan produksi nasional. Siapa yang menggerakkan ini semua ? Lembaga-lembaga agama konvensional yang dikenal seperti NU dan Muhammadiyah sepanjang yang teramati tidak memiliki kekuatan dakwah sebesar ini. Media dakwah  dua organisasi besar ini sudah sangat berkurang  sejak maraknya pengajian di televisi yang melahirkan tokoh tokoh baru. Di tengah kemunduran tersebut ternyata fenomena kegamaan  meningkat pesat yang teramati dari perkembangan jumlah masjid, umrah dan hajji, dan yang paling fenomenal adalah pengguna jilbab.

Scroll to Top